Tangis Utbah Al-Ghulam r.a



        Utbah Al-Ghulam adalah seorang zahid yang khusyu' bila sedang larut dalam bermunajat kepada Allah SWT. Rasa dukanya yang sangat mendalam terlihat jelas di wajahnya.
       Suatu hari beliau bermalam di rumah salah seorang sahabatnya. Menjelang saat bersantap sahur, terdengar beliau menangis hingga sahabatnya itu tidak dapat tidur dengan nyenyak. Pada keesokan hari, sahabatnya bertanya, "Semalam tidurku tidak terlalu nyenyak ketika mendengar tangismu yang memilukan itu. Wahai sahabatku, apa yang membuatmu menangis semalam?"
        Utbah menjawab, "Aku menangis karena teringat akan hari penghisaban seluruh amalan, yaitu Hari Kiamat."
Setelah berkata demikian, tiba-tiba Utbah lunglai sepertinya akan pingsan. Namun dengan cekatan, sahabatnya menahan tubuh Utbah agar tidak jatuh tersungkur. Sahabatnya menjadi cemas ketika melihat kondisi Utbah. Ia berkali-kali memanggil Utbah karena takut terjadi sesuatu terhadap Utbah. Dilihatnya mata Utbah mengerjap-kerjap dan memerah. Utbah pun menjawab panggilan sahabatnya di antara isak tangisnya, "Sesungguhnya ingatanku terhadap Hari Kiamat telah memutuskan tali persaudaraanku dengan orang-orang yang aku kasihi..." Kata-kata itu diulangnya berkali-kali, lalu tangisnya pun semakin menjadi-jadi sehingga tubuhnya lemas.
Dengan kondisinya yang lemah itu, Utbah berkata dengan lirih, "Oh,Tuhanku, akankah Kau siksa hamba yang mencintai-Mu? Bukankah Engkau Zat Yang Maha Hidup lagi Maha Pemurah?..." Kata-katanya inipun diulanginya beberapa kali, sampai sahabatnya ikut menangis pilu. Dikisahkan bahwa Utbah selalu menangis selama menuntut ilmu 9 tahun di majelis gurunya, Syeikh Abdul Wahid bin Zaid. Setiap Syeikh Abdul Wahid  hendak memulai pelajaran dan pengajian, seiring itu pula Utbah mulai menangis hingga akhir pelajaran. Hal ini diprotes oleh salah seorang murid Syeikh Abdul Wahid, "Wahai, Guru, kenapa tidak Anda larang saja orang ini menangis, sebab dengan tangisnya itu justru mengganggu murid-murid lainnya?"
       Syeikh Abdul Wahid berkata, "Subhanallah! Dia itu menangis karena khauf (takut) kepada Allah! Jika aku melarangnya, maka aku adalah sejelek-jelek seorang guru di muka bumi ini."


(Dari : TETES AIR DI PELUPUK MATA : Kisah Tangis Hamba Sejati
Oleh : Abd. Hamid bin Abdurrahman As-Sahibani)
sumber : E-mail labtk@groups.yahoo.com